Sebuah Jurnal Perjalanan 4 - Pertama Kalinya Tracking Danau Ranu Kumbolo 2390 mdpl


3 Hari 2 malam kami lalui tanpa sinyal internet, tanpa sosial media, apalagi menyentuh handphone kami masing-masing tidak kami lakukan. (kecuali untuk foto & video),  
rasanya seperti kembali ke peradapan masa lalu sebelum dimasuki teknologi modern. 
masa dimana kami lebih sering untuk berkomunikasi secara face to face, heart to heart, deep convertation, and emm what's more? muchh! sangat banyak tanpa kami sadari. 

Melakukan kegiatan seperti; bercengkrama dengan teman, menikmati suguhan kopi dan teh,   memasak di alam, membersihkan isi dalam tenda & tas, membersihkan carier, melipat jaket-jaket tebal, menyiapkan nesting, menyiapkan makanan dan self care, 

Yang tidaq biasa adalah menikmati suguhan pemandangan langit, danau, tebing, mendengar burung berkicauan, ikan-ikan kecil berenang di dalam danau ranukumbolo, mengobrol dengan beberapa dari masyarakat lokal yang decide untuk tinggal di sana, dan berkenalan dengan pendaki baru lainnya..

Bagaimana rasa aku?
EXCITED.. excited sekali :))))

bahkan ketika aku menulis ini..


***


Pertama Kalinya Trekking~



Ini adalah pertama kalinya aku memulai  melakukan perjalanan di Alam, setelah Sebuah Jurnal Perjalanan 1, 2, & 3.

Baca Selengkapnya disini : 



Perjalanan yang panjang dan melelahkan Trekking berjam-jam, membawa beban berat menginjakkan kaki di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru [lagi], yang berlokasi di Lumajang Jawa Timur. Siapa yang tak menngenal TNBTS, wisata alam yang menyuguhkan pemandangan Gunung Bromo dan Gunung Semeru. aku rasa mereka telah banyak menggali informasi seputar kegiatan wisata alam ini. ga cuma wisatawan lokal, mancanegarapun banyak aku temui saat akan memulai untuk pendakian.

Pertama kalinya melakukan olahraga alam ini bagiku membutuhkan banyak sekali tenaga yang utama adalah fisik, biasanya kalo olahraga aku ga bawa apa apa. ini bawa tas yang ber kilo-kilo beratnya. bayangkan...

Start Pendakian di mulai pada pukul 11.30 WIB, dengan estimasi perjalanan kurang lebih 3-4 jam untuk sampai ke post 4. tapi kami tak menghiraukan itu. kami jalan santai, ngga cepet pun ngga lambat. sesuai tenaga yang kami punya. jalan santai pokoknya. ngga di kejar-kejar waktu.
Hingga pada akhirnya, kami tiba di Danau Ranukumbolo pada jam 19.20, karena santainya kami berajalan.

Perjalanan menuju Danau, kami membutuhkan waktu selama kurang lebih 6 jam perjalanan untuk sampai ke pos 4,  waktu yang sangat lama memang, bayangkan. kami start Trecking sekitar pukul 11.30 siang hingga jam 19.00 malam baru sampai melihat danau wqwqwq.

hmm iya iya aku tau lemot emang, jalan 5 menit istirahat 10 menit..

Karena cultureshock memang nyata dan ada seperti; beban membawa peralatan yang berat serta membawa logistik. 
Bagi aku itu sudah sangat melelahkan apalagi ini adalah pertama kalinya aku berjalan jauh di luar batas kemampuan aku, but I am done..

Aku memang belum memiliki pengalaman melakukan perjalanan treking kegunung seperti ini, sedangkan teman-temanku mereka lebih dulu merasakan untuk ke dua bahkan ada yang ketiga kalinya, mereka sudah terbiasa melakukan hal seperti itu bahkan mereka telah paham situasi dan kondisi di perjalanan seperti apa.

Malam Ke - 1

Dan malam ini aku melakukan sesuatu yang tidak biasa aku dan sahabat lakukan. 
kami mulai bermain dan belajar mengakarabkan diri di situasi yang menurut kami masih baru untuk beradptasi. 

Udara malam itu mungkin 8 ° atau bahkan bisa kurang. dingin sekali. asli. 
aku yang biasa hidup di suhu normal, merasakan ini bagiku sudah mengagetkan. aku yang baru menginjakkan kaki di Danau ini benar-benar menerima cultural shock yang mengaketkan dikit.

aku yang terbiasa dengan suhu normal, kini benar-benar di luar expektasi dan kebiasaan. mungkin bagiku butuh waktu untuk beradaptasi. kedinginan, jaket ku berasa tidak mempan. dingin menusuk tulang. satu hal: kami belum mendirikan tenda. lucu sekali bukan wkwkkw iyaa kami baru sampai di danau pada malam hari ...

dramaaa malam pertama ~

Rasanya pengen nangis, pengen pulang, pengen balik. tapi melihat semangat antusias sahabat-sahabat aku bersemangat lagi meskipun saat itu aku benar benar lemah tidak bisa apa apa selain ingin menangis dan menangis. 
Malam yang penuh complicated bagiku dan malam tergila yang pernah aku rasakan selama ini.
di udara yang sangat dingin saat itu, kami membangun tenda, melawan udara dingin, melawan kelelahan yang luar biasa bagiku dan teman-teman. 

akhirnya 45 menit berlalu, 20.41 :  dua (2)  buah tenda telah kami dirikan. 


Belum pernah mendapatkan banyak pengalaman terkait hidup survival, bagi aku ini adalah pembelajaran dan awal mula dari segala hal..


Sunrise Danau Ranukumbolo Maa Syaa Allah


Sunrise Ranu Kombolo




Waktu tidak berasa, kelelahan yang semalam kami rasakan perlahan menghilang. ya meskipun semalaman kami tidak bisa menikmati tidur dengan nyenyak karena suhu -5°C sangat dingin sekali.


Morning view di sapa oleh sunrise dari danau ranukumbolo beruntung saat itu bagi aku di sambut pagi, dengan indahnya suguhan sunrise dalam ketinggian 2400 mdpl dan hal yang terpenting adalah aku tidak menjumpai misty morning tidak ada kabut. yang ada suasannya cerah, cerah sekali. bisa dibayangkan cerahnya seperti apa? indahnya bukan main gais.

Meanwhile aku pernah melihat cerita sesorang dari konten youtube-nya yang tidak seberuntung aku, pagi hari disambut dengan kabut tebal sampai danau ranukumbolo  saja tidak terlihat. 
Moment itu sangat sangat maa syaa Allah... Allah memberi kesempatan dan mengizinkanaku untuk melihat indahnya sunrise pagi hari di danau ranu kumbolo. 

Berbalut sleeping bag dan jaket tebal, serta beberapa rompi baju aku berniat untuk mengabadikan moment sesaat sunrise tiba. 
tapi apa dayaa, dingin benar benar menusuk tulang ;')


Danau Ranukumbolo



Pada kenyataannyaa aku lupa tidak mengeluarkan handphone sama sekali. sial. aku tidak mengabadikan moment tersebut. saat itu aku pikir: mengeluarkan tubuh aku untuk merasakan hangatnya dari sang mentari adalah hal utama yang harus aku utamakan. 
Tubuh benar benar merasakan kehangatan, ketika saat itu aku langsung berjemur. 

Hanya mata aku yang benar benar melihat matahari yang muncul dari bukit danau ranukumbolo indahnya.. indah sekali.. 
pemandangan yang paling indah yang pernah aku rasakan selama hidup aku:  sekarang aku sedikit menyesal karena aku tidak mengabadikan moment sunrise itu. 

Tak mengapa, ranukumbolo tidak lari kemana.. :)
Bisa di ulang bukan?

*Setelah aku menulis Part ini, di Hari ke dua aku mendapatkan sunrise dan mengabadikannya* 


Beradaptasi

Beradptasi



Berjalannya waktu aku mulai beradaptasi dengan situasi, kondisi, dan suhu disana. Aku mulai menikmatinya, memulai untuk melakukan kegiatan lainya seperti : Memasak, mengambil air di danau, bercanda gurau dengan pendaki lain, kesana - kemari, apapun yang jarang aku lakukan di kota. Melakukan banyak kegiatan dan aktivitas sebari menikmati kehidupan di alam bebas.



Situasi

Memulai pagi hari dengan secangkir kehangatan kopi dan teh. sungguh nikmat.. sesaat mentari mulai memunculkan cahaya terangnya, menghangatkan badan yang sedari malam kedinginan.

Tertawa lepas benar benar kami lalui bersama. aku dan sahabat serta teman baru yang baru aku kenal disana. mereka baik, sangat baik. mengajak mengobrol bersama bercerita tentang kehidupan, serta mengetahui latar belakang satu dengan lainnya.

Hidup di alam bebas seperti ini 180° berbeda dari rutinitas yang biasa aku lakukan di kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan kehidupan kota yang bising, kerjaaan yang menumpuk, kesalahpahaman antara teman, kerabat, teman kantor, bahkan atasan kantorpun ikut terlibat. hehe *bukan curhat*. 


Di tempat ini aku merasakan kedamaian yang belum pernah aku rasakan sebelumnya...



Beradaptasi dengan hal baru bagi aku ini benar benar sebuah perjuangan dan belajar dari keadaan. Sedikit cerita: 

Pertama kalinya aku melakukan kegiatan outdoor trecking seperti ini. Membawa tas carrier yang sangat berat. diisi dengan berbagai macam perlengkepan pribadi, logistik, obat-obat.an serta air. aku benar-benar tidak bercanda. itu sangat berat. kapasitas carrier  saat itu 45L bagiku yang hanya memiliki tinggi badan 157 cm. 

Perlengkapan lainnya seperti Tenda? Kompor? Nesting?


Di bawa oleh teman laki-laki yang memiliki jiwa benar-benar kuat. Melindungi. dan benar-benar merangkul. aku tidak dapat berkata lagi selain. Terima kasih. ;)



Siang Ke - 2

Doc. Alfiyah Rachma


Percaya atau tidak percaya dengan histories dari bukit cinta, yang katanya klo jalan lurus  menghadap depan tanpa menoleh dan menyebut seseorang bakal jadi calon jodoh kita, hmmm saat aku menaiki ini aku dikerjain sama temenku, yakali aku di panggil dan menoleh dong :') 



Bukit Cinta Doc. Alfiyah


Merasakan ke-akraban dengan beberapa teman pendaki lainnya yang baru kami kenal, rasanya itu seperti udah kenal lama banget gitu, seperti udah lama ketemunya. Bagi ku; tidak ada istilah *sksd bagi kami semua adalah: ''kita manusia, kita ber-sosial'' tidak ada ke-gengsian diantara kami untuk menyapa satu dengan lainnya. yang ada hanyalah canda dan tawa, dan kita sama :)

that's it.. meaning of soul..




Edelweis Dong
Beberapa waktu lalu, aku pernah mengharap untuk dapat selfie dengan bunga Edelweis, yang hanya tumbuh dari ketinggian 2000 mdpl ke atas. mengharap bisa foto, bisa lihat secara langsung tumbuhannya. hanya itu...

karena saat itu aku berharap, dan penantian yang cukup panjang ntah mengapa, saat itu aku dapat merasakannya T.T sedih campur senang saat itu batin aku..



Seger kan


Aku dan teman teman benar-benar meraskan arti sebuah perjuangan, pertemanan dan menahan ego masing-masing. Segenap kami benar-benar meninggalkan fasilitas-fasilitas yang selama ini kami gunakan. 


Fasilitas yang mempermudah bagiku untuk melakukan suatu kegiatan, kelebihannya adalah aku benar-benar merasakan dan menghirup serta menikmati udara segar di pagi hari dengan suhu 8 ° yang lumayan menusuk  saat itu. 

Ketiadaan polusi dan suara bising dari kendaraan bermotor, mesin industri ataupun transportasi umum lainya. yang ada, aku hanya mendengarkan suara dari kawah gunung semeru yang terdengar sangat jelas: salah satu temanku berkata; ''itu adalah suara angin'' pikirku waktu itu percaya saja sih

setelah aku melewati oro-oro ombo aku yakin itu bukan suara angin melainkan suara batuknya Gunung Semeru yang menyemburkan asap tebalnya. Jelas terlihat seperti semprotan awan ke arah atas dilangit yang saat itu cerah sekali. 
Indah, tapi berbahaya. :( 

Suara angin terdengar syahdu saaat aku mulai me-record video batin saya: ''ini baru suara angin'' , tak hanya itu saja: suara burung berkicau, bisik suara pembicaraan para pendaki dan masyarakat lokal terdengar jelas, ''karena sangking alaminya tempat ini''. 

Disanalah tempat yang membuat aku nyaman, membuat aku rindu benar benar surga bagiku, surga di dunia yang benar benar aku rindukan seperti ini sebagai tempat untuk tinggal. 

Jika aku bisa tinggal di tempat seperti itu maka izinkan aku untuk kembali :)

No Internet
No Bad Air Condition
No Fake person
No Ego Person
No Crowaded
Hanya ketenangan dan kedamaian yang dirasakan.
Hanya tinggal, menikmati syahdunya alam serta indanhnya pemandangan dan keramah tamahan para penduduk lokal. 
Hanya itu..

Segenap, Kami hidup meninggalkan fasilitas-fasilitas yang selama ini yang biasa kami gunakan. Berusaha untuk hidup survival, bak hidup pecinta alam, tidur di dalam hutan, membangun tenda, merasakan tidur hanya beralaskan matras dan sleeping bag seadanya. benar-benar jauh di kata dengan fasilitas yang biasa kami gunakan. 


Ketiadaannya membuat aku lupa betapa nyaman-nya ketika aku berada dirumah.

Saat itu aku hanya ingin tidur di kasur..
Saat itu aku hanya ingin penghangat..
Saat itu aku ingin menangis...


Suasana Danau Ranukumbolo


Distilasi Alkena -Wira Negara-


Suasana Danau sejuk, dingin, angin yang bersepoi pun berasa sekali. berasa hembusannya. meluluhkan hati, otak, tenaga dan pikiran jadi tenang. memulai untuk membaca buku dari Babang Wira Negara tentang; "patahnya sebuah hubungan" menjadi pelengkap aku saat itu. di temani sebotol nutrisari jeruk yang seger banget. gausa tambahan es batu. cukup diseduh makai aer danaaau Ranu Kumbolo :) 

Iya, aku selama di perkemahan, minumnya air disini.


Danau Ranu Kumbolo
Air nyaa jernih, ada ikan kecil-kecilnya cuman. ada satu hal yang harus diperhatikan oleh para pendaki baru yaitu; dilarang mandi di danau, dilarang renang di danau, apalagi maen air, apalagi menyelupkan tangan saying ; To Big No. karena air danau disana benar benar disucikan oleh penduduk lokal disana.

Aku harap pendaki yang baru menginjakkan kaki disana paham akan peraturan yang telah dibuat oleh penduduk lokal disana.


Aku benar-benar damai, merasakan suasana yang sangat berbeda dalam hidup aku, kata terima kasih teruntuk teman-teman aku tidaklah cukup. tidak cukup betapa bahagianya aku menikmati keindahan alam yang sangat istimewa ini. Allah mengizinkan aku untuk menikmati keindahannya, sebelum pada akhirnya setelah aku pulang kebakaran terjadi disana, aku sangat sedih sekali hingga saat ini TNBTS masih belum di buka untuk umum, masih dalam proses pemulihan akibat kebakaran hebat yang terjadi..

aku ada beberapa foto sebelum kejadian kebakaran disana, semoga beberapa bulan kedepan sudah menjadi lebih baik lagi.

Aku rasakan kenyamanan dan ke kedamaian yang belum pernah aku rasakan sebelumnya ini adalah perjalanan pertama aku,  sebuah jurnal ke-empat aku menikmati ke indahan 2390 mdpl Ranu Kumbolo.

sungguh aku benar benar menikmatinya.






Pendakian pertama akan membuatmu memilih, antara kapok atau ketagihan. sialnya saya termasuk yang ketagihan.




***






 








Jangan pernah melupakan moment kebersamaan kita ;) 



Sebuah Jurnal Perjalanan 4 - Pertama Kalinya Tracking Danau Ranu Kumbolo 2390 mdpl Sebuah Jurnal Perjalanan 4 - Pertama Kalinya Tracking Danau Ranu Kumbolo 2390 mdpl Reviewed by Alfiyah Rachma on April 10, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.